Segala puji bagi Allah yang tiada dipuji melainkan Dia karena segala limpahan kurnia-Nya, kemudian menjadikan manusia-manusia pilihan sebagai penunjuk jalan dan wali-walinya. Selawat dan salam kami panjatkan kepada Muhammad Rasullullah SAW yang telah mengajak kita kepada kebenaran, kemudian kepada segenap keluarganya yang baik lagi suci dan menjadi pemimpin bagi sekalian hamba, serta kepada sahabat-sahabat pilihan dan orang-orang yang berjalan di atas petunjukNya, mereka dengan baik dari kalangan orang-orang dahulu dan kemudian hingga datangnya hari kiamat.
Allah berfirman: “Aku jadikan manusia itu berpuak-puak dan keturunan supaya mereka itu saling hormat-menghormati dan bantu-membantu antara mereka serta bertakwa kepada-Ku”.
Firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Syura:23: “Katakanlah (Muhammad) untuk itu Aku tiada meminta upah (bayaran) kepada kamu, (yang Kuminta) hanya kasih sayang terhadap keluarga terdekat”.
Firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Ahzab:33: “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kekotoran dari kamu, wahai Ahlul Bait dan hendak mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya”.
Imam Muslim meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w. berkhutbah di Ghadir Khom: “Sesungguhnya aku meninggalkan di tengah-tengah kamu dua perkara yang berat (As-Thaqalain), Kitab Allah dan Itrahku (keturunanku), dan bahwa keduanya tidak akan berpisah sehingga kelak datang kepadaku di Telaga Haudh”.
Imam Muslim, Ahmad dan Nasa’i telah meriwayatkan dari Zaid Bin Arqam r.a. bahwa katanya: Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. sedang berdiri menyampaikan khutbahnya di hadapan kami di suatu paya bernama Khom yang terletak di antara Mekah dan Madinah, setelah memuji Allah dan memberi peringatan dan nasihat, kemudian baginda bersabda: “Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah basyar (manusia) dan aku tidak lama lagi akan menyahut seruan tuhanku, maka aku tinggalkan di tengah-tengah kamu dua perkara yang berat (As-Thaqalain); pertama kitab Allah Ta’ala yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambillah kitab Allah itu dan berpeganglah padanya”. Lalu beliau menganjurkan supaya memberi perhatian kepada kitab Allah dan menggemarinya kemudian sabdanya: “Dan Ahli Baitku, aku peringatkan kamu terhadap Ahli Baitku, aku peringatkan kamu terhadap Ahli Baitku”.
Al-Hafiz Ibnu Kathir berkata tentang tafsiran ayat ini: “Dan kami tidak mengingkari adanya wasiat terhadap Ahlul Bait dan suruhan berbuat baik kepada mereka, menghormati dan memuliakannya, kerana mereka itu berasal dari zuriat yang suci dari keluarga yang paling suci dan datuk yang paling mulia di atas permukaan bumi dari segala ketinggian, kehormatan dan keturunan”.
Dari Imam Ali b. Abitholib kmw., bahwasanya Muhammad Rasullullah SAW bersabda : “Barang siapa mengaku nasab kepada selain ayahnya dan memaksakan dirinya kepada selain walinya ( garis keturunannya ) maka baginya laknat dari Allah SWT, Malaikat dan sekalian manusia, Allah SWT tidak akan menerima adanya penggantian atau pertukaran nasab secara sembarang dan serampangan darinya”.
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasullullah SAW bersabda : ” Siapapun wanita yang memasukkan keturunan orang yang bukan golongan suatu kaum kedalamnya, dia tidak akan mendapat sesuatupun dari Allah SWT, dan Allah SWT tidak akan memasukkannya ke surga-Nya. Dan siapapun pria yang menginkari anaknya, padahal dia mengetahuinya, maka Allah SWT akan membentangkan hijab darinya dan membuka aibnya ke mata kepala ( dipersaksikan kepada ) orang-orang yang terdahulu maupun yang terakhir“.
KEPADA “SAUDARAKU KETURUNAN ALAWIYIN”
Sesungguhnya Nasab kalian yang mulia dan memberikan kehormatan pada kalian oleh adanya pertalian hubungan kekeluargaan kalian dengan Rasul Yang Agung Muhammad SAW, melalui Sayidatina Fathimah Az-Zahra dan Sayidina Ali Al Murtadha ( yang ditinggikan Allah SWT martabat dan kedudukannya )
Hendaklah dapat menjadi pendorong bagi kalian untuk senantiasa bertauladan kepada Mereka, berjalan lurus mengikuti jalan hidup Mereka, berahkhlaq seperti akhlaq mereka, berpegang teguh kepada prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran Mereka, sehingga kalian Insya Allah dapat menjadi generasi penerus yang lebih baik daripada generasi pendahulu
Selanjutnya ketahuilah, bahwa Nasab yang mulia ini menuntut kalian untuk senantiasa :
Membuang jauh-jauh perasaan angkuh dan bangga diri.
Menjadikan TAQWA sebagai bekal hidup kalian.
Menjadikan AL-QUR’AN sebagai pedoman dan tuntunan dalam kehidupan kalian.
Menjadikan para SHALIHIN pendahulu kalian sebagai panutan.
0 Response to "Nasihat tentang Nasab"
Post a Comment