IKAN YANG SEDANG DILAHAP ITU PUN HIDUP KEMBALI BERKAT KERAMAT HABIB EMPANG BOGOR



MANAQIB AL-HABIB ABDULLAH BIN MUHSIN ALATTAS ( kramat empang bogor ).


Dalam kitab manaqibnya disebutkan bahwa al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah seorang waliyullah yang telah mencapai kedudukan mulia dan dekat dengan Allah Swt. Beliau termasuk salah satu waliyullah yang tiada terhitung jasa-jasanya dalam sejarah pengembangan Islam dan kaum Muslimin di Indonesia. Beliau seorang ulama Murabbi (pendidik) dan panutan para ahli tasawuf sehingga menjadi teladan yang baik bagi semua kelompok manusia maupun jin.

Kelahiran dan Nasab Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.


Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dilahirkan di Desa Haurat salah satu desa di al-Kasar, Kampung Huraidhah, Hadhramaut, pada hari Selasa 20 Jumadil Awal 1275 Hijriah. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dan perhatian khusus dari Ayahandanya. Beliau mempelajari al-Quran di masa kecilnya dari Mu’alim Syaikh Umar bin Faraj bin Sabah. Menginjak usia 17 tahun beliau sudah hafal al-Quran. Kemudian beliau oleh ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya untuk dididik dan diajari berbagai macam cabang ilmu agama.

Nasab beliau adalah al-Habib Abdullah bin Muhsin bin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein bin Umar bin Abdurrahman Alattas sampai ke Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw. dengan Sayyidatuna Fathimah az-Zahra binti Rasulullah Saw.

Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.


Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah seorang tokoh rohani yang dikenal luas oleh semua kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “ahlul kasyaf” dan ahli ilmu agama yang sulit dicari padanannya, baik jumlah amal ibadahnya, kemuliaannya maupun budi pekertinya.

Diantara guru–guru al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah:

1. Al-Quthb al-Habib Abubakar bin Abdullah Alattas. Dari guru yang satu itu beliau sempat menimba ilmu–ilmu rohani dan tasawuf. Beliau mendapatkan doa khusus dari al-Habib Abubakar bin Abdullah Alattas sehingga beliau berhasil meraih derajat kewalian yang tinggi.
2. Termasuk guru rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulia al-Habib Shaleh bin Abdullah Alattas dari Wadi ‘Amad. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah membaca al-Fatihah di hadapan Habib Shaleh dan Habib Shaleh menalkinkan al-Fatihah kepadanya.
3. Al-‘Arif Billah al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Habsyi. Ketika melihat al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas yang waktu itu masih kecil beliau berkata: “Sungguh anak kecil ini kelak akan menjadi orang yang mulia kedudukannya.”
4. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah belajar kitab Risalah karangan al-Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi kepada al-Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus.
5. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sering menemui al-Imam al-Abrar al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar.
6. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa waliyulllah yang tingal di Hadhramaut seperti al-Habib Ahmad bin Abdullah Albar, seorang tokoh Sunnah dan Atsar.
7. Dan Syaikh Muhammad bin Abdullah Basudan. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah menetap di kediaman Syaikh Muhammad Basudan selama beberapa waktu guna memperdalam ilmu agam Kepadanya.


Hijrah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke Berbagai Tempat


Pada tahun 1282 Hijriah, al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas menunaikan ibadah haji yang pertama kalinya. Selama di tanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan banyak ulama terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke negerinya dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk memetik manfaat dari para wali yang terkenal di sana.

Setelah dirasa cukup maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa desa dan beberapa kota di Hadhramaut untuk mengunjungi para wali dan tokoh–tokoh agama dan tasawuf baik dari keluarga ‘Alawiyyin maupun dari keluarga lain (Masyayikh).

Pada tahun 1283 Hijriah, al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas melakukan ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulangnya dari ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai peloksok dunia untuk mencari karunia Allah Swt. dan sumber penghidupan yang merupakan tugas mulia bagi seorang yang berjiwa mulia. Dengan izin Allah Swt., perjalanan mengantarkan beliau sampai ke Negeri Indonesia. Beliau bertemu dengan sejumlah waliyullah, antara lain al-Habib Ahmad bin Muhammad bin Hamzah Alattas.

Sejak pertemuannya dengan al-Habib Ahmad Alattas tersebut, beliau mendapatkan makrifat. Dan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas di awal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan sebagai kota tempat kediamannya. Guru beliau al-Habib Ahmad bin Muhammad Alattas banyak memberi perhatian kepada beliau sehingga setiap kali gurunya mengunjungi Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.

Dalam setiap pertemuannya dengan al-Habib Ahmad Alattas, beliau selalu memberi pengarahan rohani kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sehingga hubungan antara kedua habib itu terjalin amat erat. Dari al-Habib Ahmad beliau banyak mendapat manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan dan diungkapkan.

Dalam perjalanan hidupnya al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah dimasukkan ke dalam penjara oleh penjajah Belanda. Dengan ujian ini, mungkin Allah hendak memberi kedudukan yang tinggi dan dekat kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dengan diriNya.


Karomah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas


Selama di penjara, kekeramatan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung ke penjara Belanda tersebut. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Mereka mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sewaktu di penjara. Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas selalu dikabulkan Allah Swt. Hal ini membuat para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang terus bertambah.

Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Namun, ketika usulan itu ditawarkan kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas, beliau menolak dengan halus dan lebih suka menunggu sampai selesainya masa hukuman.

Pada suatu malam, pintu penjara tiba-tiba terbuka dan datanglah kepada beliau sang kakek, al-Quthb al-Anfas al-Habib Umar bin Abdurrahman Alattas seraya berkata: “Jika kau ingin keluar dari penjara, keluarlah sekarang. Tetapi jika engkau mau bersabar maka bersabarlah.”

Beliau ternyata memilih untuk bersabar dalam penjara. Pada malam itu juga Sayyidina al-Faqih al-Muqadam Muhammad bin Ali Ba’alawiy dan Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani serta beberapa tokoh wali lainnya mendatangi beliau. Pada kesempatan itu Sayyidina al-Faqih al-Muqadam memberikan sebuah kopiah. Ternyata di pagi harinya kopiah tersebut masih tetap berada di kepala al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Padahal beliau bertemu dengan al-Faqih al-Muqadam hanya dalam mimpi.

Pernah suatu hari al-Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi mengisahkan dirinya dengan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas: “Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ketika mendapatkan anugerah dari Allah Swt., beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan segala isinya. Ketika aku mengujungi al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dalam penjara aku lihat penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Ilahi. Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait-bait syair al-Quthb al-Irsyad al-Habib Abdullah al-Haddad yang awal baitnya adalah: “Wahai yang mengunjungi Aku di malam yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitnah”. Selanjutnya kami berpelukan dan menangis.”

Diantara karamah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah setiap kali beliau memandang borgol yang membeleggu kakinya, maka terlepaslah borgol itu. Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh bawahannya untuk mengikat leher al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dengan rantai besi, atas izin Allah rantai itu terlepas lagi.

Kemudian malang nasib menimpa pemimpin penjara beserta keluarga dan kerabatnya berupa sakit panas yang parah, sehingga dokter pun tak mampu mengobati penyakit tersebut. Barulah kemudian pemimpin penjara sadar bahwa penyakitnya dan penyakit sanak keluarganya itu diakibatkan karena dia telah menyakiti al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas yang sedang dipenjara.

Lantas kepala penjara tersebut mengutus bawahannya untuk meminta doa kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas atas penyakit yang dideritanya dan sanak keluarganya. Maka berkatalah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas kepada utusan itu: “Ambillah borgol dan rantai ini, lalu ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu, maka akan sembuhlah dia.”

Kemudian dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Dengan izin Allah Swt. penyakit pimpinan penjara dan snak keluarganya seketika itu juga menjadi sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan kekeramatan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Sekeluarnya dari penjara, kemudian al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.


Perjalanan Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke Empang Bogor


Di awal mula kedatangan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh al-Habib Abdullah bin Abubakar Alaydrus untuk menuju Kota Mekah. Sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan shalat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah Saw. Keesokan harinya al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas berangkat menuju Negeri Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan al-Habib Ahmad bin Hamzah Alattas Pekojan Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya. Lalu al-Habib Ahmad Alattas memerintahkan agar beliau datang berziarah ke makam al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus di Luar Batang. Dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor.

Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas datang ke Empang Bogor dengan tidak membawa apa-apa. Empang Bogor saat itu belum ada penghuninya, namun dengan keberkahan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas jadilah daerah tersebut terang benderang.

Dikisahkan bahwa suatu saat al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas tengah makan di pinggiran empang, datanglah kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata: “Habib, kalau Anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya.”

Makan yang dimakan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas waktu itu adalah seekor ikan dan ikan itu tinggal separo. Maka al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas berkata: “Ya samak anjul ilaman tabis” (Wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah).

Maka atas izin Allah Swt., seketika itu juga ikan yang tinggal separo itu meloncat ke empang. Konon ikan sebelah tersebut sampai sekarang masih hidup di laut.


Masjid Keramat Empang Bogor.


Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. pendirian Masjid ini dilakukan bersama para habaib dan ulama besar Indonesia. Di sekitar areal masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas yang kini rumah itu ditempati oleh khalifah masjid, al-Habib Abdullah bin Zain Alattas. Di dalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan dzikir beliau. Bahkan di sana terdapat peninggalan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas seperti tempat tidur, tongkat, gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.

Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100-an kitab, sisanya disimpan di yayasan Jamiat Khair atau di Rabithah Tanah Abang, Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah Fathu ar-Rabbaniyyah, konon kitab itu hanya beredar di kalangan para ulama besar.

Di Kampung Empang al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas menikahi seorang wanita keturanan Dalem Shalawat. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di Kampung Empang di dalam sertifikatnya atas nama al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.

Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau secara istiqamah membaca shalawat Nabi Saw. yang setiap harinya dilakukan secara mudawamah dibaca sebanyak seribu kali, dengan kitab shalawat yang terkenal yaitu Dalail al-Khairat.


Kewafatan Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.


Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas menghadap ke haribaan Ilahi pada hari Selasa tanggal 29 Dzul Hijjah tahun 1351 Hijriah di awal waktu Dzuhur. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya pada hari Rabu setelah shalat Dzuhur.

Tak terhitung jumlah orang yang ikut meshalatkan jenazah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Beliau dimakamkan di bagian barat Masjid an-Nur Empang Bogor. Sebelum wafat beliau terserang sakit flu ringan.

Setiap tahunnya, di kawasan Empang Bogor selalu dibanjiri ribuan peziarah yang datang dari berbagai pelosok tanah air, bahkan mancanegara. Semua para pecintanya hendak menghadiri acara haul beliau. Haul al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas diselenggarakan setiap tahunnya tanggal 23 Rabiul Awal (Bulan Maulud) di Jl. Lolongok kompleks Masjid Keramat an-Nur Empang Bogor.

*Di dalam gubah makam tsb dikebumikan jasad-jasad auliya’, yakni al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas bersama dengan makam anak-anaknya yaitu al-Habib Muhsin bin Abdullah Alattas, al-Habib Zain bin Abdullah Alattas, al-Habib Husein bin Abdullah Alattas, al-Habib Abubakar bin Abdullah Alattas, Syarifah Nur binti Abdullah Alattas dan murid kesayangannya yaitu al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al-Haddad serta seorang ulama besar yang wafat pada 26 maret 2007, al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf (Pimpinan Ponpes al-Busyro Citayam Depok).

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدنامُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّدٍ

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "IKAN YANG SEDANG DILAHAP ITU PUN HIDUP KEMBALI BERKAT KERAMAT HABIB EMPANG BOGOR"

Post a Comment