ADAB KEPADA AHLI BAIT
(*1). Mengagungkan Mereka Dengan Pantas
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah berada di pertengahan dlm mencintai ahli bait Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (*6). Mereka tak berlebihan & tak pula merendahkan. Pengagungan nan dilandasi dgn keadilan, tak sekedar hawa nafsu. kita ini mengagungkan seluruh kaum muslimin & muslimat dari keturunan Abdul Mutholib & para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dgn mencintai seluruhnya. Apabila ahli bait itu termasuk seorang sahabat, maka kita ini menghormatinya karena keimanan, ketaqwaan, kebersamaannya dgn Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, & karena termasuk keluarga beliau. Apabila bukan termasuk shahabat maka kita ini mencintai karena keimanan & keberadaannya sebagai ahli bait.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Artinya ” Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku”. Beliau mengulang ucapannya sampai 3 kali” [HR Muslim: 24028]
Sungguh, cerminan perilaku salaf dlm mengagungkan ahli bait sangatlah tinggi. Simaklah penuturan berikut ini.
Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib pernah masuk menemui Umar bin Abdul Aziz dlm suatu keperluan, lantas Umar bin Abdul Aziz berkata: “Apabila engkau mempunyai kebutuhan kepadaku, maka kirimlah utusan atau tulislah surat, karena aku malu kepada Allah apabila Dia melihatmu di depan pintu rumahku” [Asy-Syifa 2/608, Lihat Dam'ah Ala Hubb Nabi, hal. 51]
Asy-Sya'bi berkata: “Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu suatu ketika menshalati ibunya nan telah meninggal. Ketika telah selesai, maka untanya di dekatkan kepadanya agar dinaiki. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma kemudian datang mendekat & mengambil tali kekang (untuk Zaid Radhiyallahu ‘anhu). Melihat hal itu, Zaid Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Biarkan, wahai anak paman Rasulullah”. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma menimpali: “Demikianlah seharusnya kita ini bersikap kepada ulama”. Maka Zaid Radhiyallahu ‘anhu mencium tangan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma & membalas: “Demikianlah kita ini diperintahkan utk berbuat kepada ahli bait Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Asy-Sifa 2/608]
Ahlus Sunnah dlm masalah ini, merupakan orang nan paling berbahagia dlm melaksanakan wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Mereka mencintai & mendudukkan ahli bait sesuai dgn proporsinya nan pantas, tak berlebih-lebihan. Hal ini berbeda dgn para pengekor hawa nafsu dari kalangan Rafidhah & nan semisalnya nan ghuluw terhadap sebagian & merendahkan sebagian nan lain, bahkan boleh dikata mereka mencela kebanyak ahli bait. Sebagai contoh sikap ghuluw mereka kepada ahli bait yaitu keyakinan mereka adanya imam 2 belas, nan dimaksud Ali, Hasan, Husain & 9 anak keturunan Husain?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Orang nan paling jauh dlm melaksanakan wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah orang-orang Rafidhah, mereka memusuhi Al-Abbas Radhiyallahu ‘anhuma & keturunannya, bahkan boleh dikata mereka memusuhi kebanyakan ahli bait” [Majmu Fatawa 4/419]
Andaikan kita ini renungi dgn akal nan jernih, niscaya setiap orang nan masih punya sedikit ilmu saja akan memastikan bahwa ini adalah kedustaan & bualan Rafidhah kepada para imam, & tentu para imam berlepas diri dari itu semua.
Artinya ” Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami, & karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena Engkau-lah nan Maha Pemberi karunia” [Ali-Imran: 8]
(*2). Mencintai Dan Mendo'akan Kebaikan
Berdasarkan keumuman firman Allah nan berbunyi.
Artinya ” Dan orang-orang nan datang sesudah mereka (Muhajirin & Anshar), mereka berdo'a: “Ya Rabb kami, ampunilah kami & saudara-saudara kami nan telah beriman lebih dahulu dari kami, & janganlah Engkau membiarkan kedengkian dlm hati kami terhadap orang-orang nan beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantuan lagi Maha Penyayang” [Al-hasyr: 10]
Imam Bukhari telah meriwayatkan dlm kitab shahih-nya bahwa Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku lebih senang menyambung tali kekerabatan kepada keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada keluargaku sendiri” [HR Bukhari: 3712]
Masih dlm Shahih Bukhari bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu ketika pulang dari shalat Ashar ia melihat Hasan Radhiyallahu anhu sedang bermain-main bersama anak-anak nan lain di jalan. Lalu Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menggendong Hasan Radhiyallahu ‘anhu di atas pundaknya sambil berkata “Demi bapakku nan menjadi tebusan, Hasan lebih mirip Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan dgn Ali Radhiyallahu ‘anhu. Mendengar hal itu Ali Radhiyallahu ‘anhu hanya bisa tertawa” [HR Bukhari: 3542]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkomentar: “Hadits ini menunjukkan keutamaan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu & kecintaannya kepada kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Fathul Bari 6/694]
Syaikhul Islam rahimahullah berkata: “Ahlus Sunnah wal Jama'ah mencintai ahli bait & berloyalitas kepada mereka. Ahlus Sunnah selain menjaga wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berkata pada hari Ghodir Khum: Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku” [Syarah Al-Aqidah Al-Washitiyyah 2/273] (*7)
(*3). Membela Dari Hujatan
Termasuk bentuk membela Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membela ahli bait & keluarganya, lebih-lebih para istri beliau, khususnya Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma nan Allah telah sucikan dirinya dari segala tuduhan. Allah berfirman.
Artinya ” Sesungguhnya orang-orang nan membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa nan dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka nan mengambil bagian nan besar dlm penyiaran berita bohong itu baginya adzab nan besar” [An-Nur: 11]
Imam Ibnu Hazm rahimahullah telah membawakan sanadnya sampai kepada Hisyam bin Ammar dia berkata: Aku telah mendengar Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa nan mencela Abu Bakar & Umar Radhiyallahu ‘anhuma berhak dicambukl. Dan barangsiapa nan mencela Aisyah Radhiyallahu ‘anha berhak dibunuh”. Imam Malik ditanya, mengapa orang nan mencela Aisyah Radhiyallahu ‘anha dibunuh? Beliau menjawab: “Karena Allah telah berkata tentang Aisyah Radhiyallahu ‘anha dlm firmanNya:
Artinya ” Allah memperingatkan kamu agar jangan kembali berbuat nan seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang nan beriman” [An-Nur: 17]
Imam Malik rahimahullah berkata: “Barangsiapa nan menuduh Aisyah Radhiyallahu ‘anha, sungguh ia telah menyelisihi Al-Qur'an. Dan orang nan menyelisihi Al-Qur'an berhak dibunuh”. Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkomentar: “Perkataan Imam Malik ini benar, karena hal itu merupakan kemurtadan nan nyata & pelakunya berarti telah mendustakan Allah dlm ketegasanNya terhadap kesucian Aisyah Radhiyallahu ‘anha” [Al-Muhalla 13/503] (*8)
(*4). Jangan Mencela
Imam Bukhari dlm kitab shahih-nya telah menceritakan bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Perhatikan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm keluarganya” [HR Bukhari: 3713]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan perkataan di atas: “Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menghimbau manusia & berwsiat kepada mereka. Maksudnya adalah agar manusia menjaga ahli bait, janganlah kalian menyakitinya & berbuat jelek kepada mereka” [Fathul Bari 7/101]
(*5). Menasehati Ahli Bait nan Bersalah
Ketahuilah wahai saudaraku Ahli bait adalah manusia biasa, tak ma'shum & kesalahan. Mereka ada nan shalih & ada nan fajir. Kemulian nasab ahli bait tak akan berarti sama sekali apabila tak diiringi dgn keimanan & ketaqwaan. Karena orang nan mulia di sisi Allah adalah orang nan beriman & bertaqwa. Allah berfirman.
Artinya ” …Sesungguhnya orang nan paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang nan paling bertaqwa diantara kamu” [Al-Hujurat: 13]
Apalah artinya status sebagai ahli bait tetapi senang berbuat syirik, bid'ah, & maksiat? Tentunya tak berguna kemuliaan nasabnya itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Artinya ” Barangsiapa nan lambat amalannya, maka nasabnya tak dapat mempercepat” [HR Muslim: 2699, Ahmad 2/252, Abu Dawud: 3643, Tirmidzi: 2646, Ibnu Majah: 225, Darimi 1/99, Baghowi: 127, Ibnu Hibban: 84]
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Maknanya, bahwa amalan itulah nan menghantarkan seorang hamba mencapai derajat akhirat. Allah berfirman.
Artinya ” Dan tiap-tiap orang memperoleh derajat-derajat seimbang dgn apa nan dia kerjakan” [Al-An'am: 132]
Maka barangsiapa nan lambat amalannya utk sampai pada derajat tertinggi di sisi Allah, nasabnya juga tak akan mempercepatnya utk mencapai derajat tinggi tersebut, karena Allah mengiringkan balasan itu seimbang dgn amalan, bukan dgn nasab” [Jami'ul Ulum wal Hikam 2/308]
Akan tetapi, apabila kita ini melihat ahli bait nan bersalah, nasehatilah dgn baik, karena mereka pun kaum muslimin, berhak menerima nasehat. Nasehatilah bahwa perbuatannya menyelisihi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tak pantas dikerjakan, imbasnya akan banyak ditiru oleh manusia lantaran status ahli bait terpandang. Nasehati dgn kelembutan, maafkan apabila bersalah.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah ketika berada pada hari-hari nan penuh cobaan, beliau dipukul & diikat. Kemudian beliau dibawa ke hadapan Khalifah Al-Watsiq. Al-Watsiq berkata: “Lepaskan ikatan tangan Syaikh”. Tatkala ikatan telah terlepas, Imam Ahmad rahimahullah hendak mengambilnya, Al-Watsiq pun bertanya: “mengapa engkau hendak mengambil ikatan tali itu?”. Imam Ahmad rahimahullah menjawab: “Karena aku berniat utk berwasiat agar tali ikatan ini disatukan dlm kain kafanku, hingga aku bisa menuntut balas pada hari kiamat atas perbuatan zholim kamu”. Imam Ahmad rahimahullah menangis & Al-Watsiq pun menangis sambil meminta agar dihalalkan. Imam Ahmad rahimahullah menjawab: “Sungguh aku telah memaafkanmu sejak hari pertama siksaan ini, demi memuliakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena kamu termasuk keturunan ahli baitnya” [Siyar A'lam An-Nubala 11/315]
(*6). Besholawat Kepada Mereka
Berdasarkan hadits Ka'ab bin Ujroh: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui kami, & kami pun bertanya kepadanya: “Kami sudah mengetahui bagaimana mengucapkan salam kepadamu, sekarang bagaimana kami bershalawat kepadamu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Ucapkanlah.
Artinya ” Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad & keluarga Muhammad sebagaimana engkau telah bershalawat kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah berkahilah Muhammad & keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia” [HR Bukhari: 4797, Muslim 4/126]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Demikian pula ahli bait Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak-hak nan wajib dijaga. Sungguh Allah telah menjadikan bagi mereka hak dlm seperlima harta ghonimah & fa'i, & telah memerintahkan kita ini utk bershalawat kepada mereka & kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Majmu Fatawa 3/407]
HARAMNYA MENGAKU AHLI BAIT TANPA HAK
Sungguh di zaman kita ini sekarang banyak sekali dari keturunan Arab maupun orang non Arab nan mengaku & menyandarkan bahwa dia ahli bait Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di negeri kita ini santer istilah Habib nan katanya mereka itu masih keturunan Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam alias ahli bait Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau pengakuannya memang benar & ia mu'min sungguh Allah telah mengumpulkan pada dirinya antara kemuliaan iman & kemuliaan nasab. Akan tetapi, lain masalahnya jika pengakuannya hanya sekedar omong kosong, maka orang nan semacam ini telah menerjang keharaman nan besar dia bagaikan orang nan pura-pura kenyang dgn sesuatu nan tak diberi Benarlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam nan berbunyi.
Artinya ” Orang nan pura-pura kenyang dgn apa nan tak diberi, ibaratnya seperti orang nan memakai 2 pakaian kedustaan” [HR Muslim: 2129]
Keharaman mengaku atau menyandarkan pada suatu kaum nan bukan haknya telah tegas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm sabdanya.
Artinya ” Tidaklah seseorang mengaku-aku kepada bukan bapaknya sedang ia tahu, kecuali ia telah kafir (*9) kepada Allah. Dan barangsiapa nan mengaku bahwa dia termasuk kaum ini padahal bukan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka” [HR Bukhari: 3508, Muslim: 112]
Inilah nan dapat kami kumpulkan tentang ahli bait, keutamaan & adab kepada mereka. kita ini memohon kepada Allah taufiq-Nya, kefaqihan dlm agama, & tegar di atas kebenaran. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar & Mengabulkan do'a. Semoga shalawat & salam tercurah kepada nabi kita ini Muhammad, keluarganya, & para shahabatnya. Amin Allahu A'lam
[Disalin dari Majalan Al-Furqon Edisi 08 Tahun VI/Robi'ul Awal 1428 [April 2007]. Rubrik Tazkiyatun Nufus. Diterbitkan Lajnah Dakwah Ma'had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma'had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim]
Referensi
(*6). Kewajiban mencintai ahli bait telah ditegaskan oleh Imam Al-Baihaqi, Al-baghowi, Asy-Syafi'i, & lain-lain. Lihat Ihya Al-Mayyit fi Fadha'il Ali Al-bait oleh As-Suyuthi.
(*7). Dalam tempat nan lain beliau berkata: “Demikian pula ahli bait Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, wajib mencintai mereka, berloyalitas & menjaga hak-hak mereka” (Majmu Fatawa 28/491)
(*8). Ahkam Al-Qur'an 3/1356 oleh Ibnul Arabi, Asy-Syifa 2/267 oleh Al-Qadhi Iyadh 2/267, Ash-Shorimul Maslul hal. 571
(*9). Kafir disini maknanya adalah kufur nikmat, bukan kufur akbar (besar) nan mengeluarkan pelakunya dari Islam (red).
sumber: www.almanhaj.or.id penulis Ustadz Abu Abdillah Al-Atsari tags: Alaihi Wa Sallam, Hawa Nafsu, Ahlus Sunnah, Ibnu Abbas
0 Response to "Adab Kepada Ahli Bait Dan Haramnya Mengaku Ahli Bait Tanpa Hak Alaihi Wa Sallam"
Post a Comment