Nasab Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz
Selain dikenal sebagai seorang  pendidik yang ulung, beliau juga giat berdakwah menyeru orang-orang ke  jalan Allah swt dan menyebarkan ilmu-ilmu syari'at. Prinsipnya dalam  berdakwah, beliau tak kenal menyerah, bahkan siap mengorbankan jiwa,  raga dan harta untuk meraih keridhaan Allah swt.
Habib  Muhammad lahir di Misthoh, sebuah kampung kecil di pinggiran kota Tarim  pada tahun 1332 H. Sedari kecil beliau telah mendapat pendidikan agama  dan budi pekerti langsung dari ayahandanya, Habib Salim bin Hafidz.  Wajarlah, ketika usianya tumbuh dewasa, pribadi Habib Muhammad dipenuhi  budi pekerti dan sifat-sifat yang mulia.
Selain  dididik sang ayah, beliau juga belajar dengan para ulama dan habaib  yang ada di Hadramaut. Di antaranya Habib Ali bin Abdurrahman  Al-Masyhur, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri, Habib Alwi bin Abdullah  bin Syihab dan banyak lagi guru alim lainnya.
Semangat  belajar yang tinggi, ditunjang dengan kecerdasan yang telah tumbuh  sejak kecil, membuat Habib Muhammad tidak hanya memilih satu bidang ilmu  keahlian, beliau mempelajari ilmu agama hampir secara keseluruhan,  meliputi segala ilmu agama, seperti ilmu hadits, tafsir, fiqih, ushul,  nahwu, balaghah, tasawuf, falaq dan lain-lain. Untuk memperoleh berbagai  macam bidang ilmu itu, beliau harus sering bepergian jauh meningggalkan  kampung halamannya untuk bertemu ulama-ulama yang berada di Makkah,  Madinah, juga India, Pakistan dan negeri-negeri lainnya.
Selepas  menimba ilmu dari banyak Alim Ulama dan dari berbagai negeri, beliau  kembali ke kampong halamannya dan beliau mendirikan majelis ilmu. Habib  Muhammad sangat memperhatikan bidang pendidikan . besar harapannya,  adanya lembaga pendidikan akan memberikan manfaat terbaik kepada kaum  muslimin dimanapun.
Maka wajarlah bila medan  dakwah yang beliau kembangkan tidak hanya di sekitar Hadramaut, tapi  juga ke Makkah, Madinah dan negeri-negeri terdekat, seperti Afrika,  Pakistan dan lain-lain.
Agar lebih menyebar  luas, beliau tidak saja berdakwah secara lisan, tapi juga bil qalam (  dengan tulisan ), dengan mengarang kitab Takmilah Zubdatul Hadits Fil  Faraidh dan Al Miftah Libabin Nikah. Karena ketinggian ilmunya, beliau  dipilih sebagai Mufti kota Tarim.
Sekalipun  sudah menjadi orang alim, Habib Muhammad dikenal sangat menghormati  guru-gurunya, memperhatikan segala perintah, dan mengutamakan hak-hak  mereka ketika masih hidup maupun sudah wafat. Beliau juga selalu  berbakti dan patuh terhadap orang tua, berbuat baik terhadap keluarga,  memiliki sifat sabar, selal;u memberi maaf, dan apabila dimusuhi akan  balas dengan kebaikan, selalu tunduk dan khusyu' kepada Allah swt,  sangat tawadhu', tidak mengumbar kegembiraan dengan hal-hal bersifat  duniawi. Ya, segala perangi terpuji terkumpul dalam keperibadian Habib  Muhammad.
Habib Muhammad menghabiskan waktunya  dengan bermacam-macam ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.  Beliau tidak pernah meninggalkan ibadah malam hari. Aktivitasnya  dipenuhi dengan membaca Al-Qur'an, berdzikir, mengajar, menulis, ziarah,  memberi fatwa ilmu dan menolong sesama. Bahkan pernah, dalam satu hari,  beliau hadir dalam 16 majelis ilmu. 
Habib  Muhammad selalu ridha karena Allah swt, dan marah apabila hak-hak Allah  swt diremehkan. Beliau pemberani, tidak takut segala rintangan yang  menghalanginya dalam berdakwah. Hingga suatu waktu, beliau dipanggil  oleh pemerintah pemberontak komunis di negeri itu pada bulan  Dzulhijjah 1392 H. tak pernah kembali, dan sejak itulah beliau dianggap  telah gugur sebagai syahid dunia dan akhirat, dalam usia 60 tahun.
Ketika  itu, beliau datang bersama seorang anak berusia 9 tahun. Dengan sabar  dan penuh ketabahan, ketika dipanggil ke barak, beliau berkata kepada si  anak, yang tiada lain Habib Umar, "Nak, tunggulah disini, Ayah pergi  sebentar. Tunggu Ayah sampai kembali." Habib Muhammad lalu melepas  surban dan menyerahkannnya kepada Habib Umar.
Lama ditunggu, Habib Muhammad tak kembali. Kemudian Habib Umar masuk ke dalam barak sembari membawa surban ayah tercinta, dan bertanya kepada petugas yang berjaga. Namun tidak ada yang bisa mewmberikan jawaban yang sebenarnya, hingga ada orang yang iba melihat anak kecil itu dan kemudian membawanya pulang dan mendidiknya menjadi orang yang alim. Dialah yang dikemudian hari dikenal sebagai pemimpin Pondok Pesantren Darul Musthafa, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Ibnu Syekh Abu Bakar bin Salim.
Al-Kisah No. 04 / Tahun V / 12-25 Februari 2007
0 Response to "Manaqib al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz"
Post a Comment