Imam  Abubakar as-sakran lahir di Tarim. Beliau dibesarkan dan dididik dalam  rumah kemuliaan, ketaqwaan dan ilmu. Beliau seorang yang hafal alquran  dan menamatkannya pada setiap pagi hari. Imam Abubakar merupakan  kesayangan ayah dan saudara-saudaranya. Beliau dinamakan as-sakran  karena jika sedang beribadah kepada Allah swt melupakan segala aktivitas  lainnya tenggelam dalam suasana dzikir kepada Allah swt. 
Beliau  adalah Sayyidinal Imam Abu Bakar As-Sakran bin Syeikh al Ghauts  Abdurrahman As-Seggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi  Al-Ghoyur bin Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad  Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin  Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib  bin Ali Al-'Uraidhi bin Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali  Zainal Abidin bin Husain bin Siti Fatimah Az-Zahro binti Muhammad SAW )
Beliau digelari dengan As-Sakran (mabuk) , karena beliau mabuk dengan cintanya kepada Allah swt.
Waliyullah  Abu Bakar al-sakran dikarunia lima orang anak laki, yaitu: Muhammad  al-akbar, Hasan, Abdullah, Ali, dan Ahmad. Dari ketiga anaknya yang  bernama Abdullah, Ali dan Ahmad menurunkan keluarga al-Aydrus,  Syahabuddin, al-Masyhur, al-Hadi, al-Wahath, al-Munawar.
Waliyullah Abu bakar al-sakran wafat di Tarim tahun 821 Hijriyah.
Berkata  saudara belia syaikh Ahmad bin Abdurrahman Assegaf, ‘Saya melihat  mahkota guru besar berada di atas kepala saudaraku Abibakar’. Syaikh  Umar Muhdahr berkata, ‘Jika keluarga Abdurrahman Assegaf diberi suatu  kemuliaan maka cukuplah saudaraku Abubakar merupakan kemuliaan itu’.  Imam Abubakar as-sakran berkata, ‘Derajatku sama dengan kakekku Muhammad  bin Ali al-Faqih al-Muqaddam yang mempunyai maqam auliya’. Beliau  berkata pula, ‘Kakekku Ali bin Alwi telah member dua keistimewaan  kepadaku, pertama aku mempunyai anak bernama Abdullah dan kedua aku  mengetahui segala sesuatu yang berada antara Arasy dan Poros bumi’. 
Imam  Abubakar assakran adalah seorang yang sangat takut kepada Allah swt,  beliau pernah menyendiri mengasingkan diri dari keramaian selama sebelas  bulan tidak tidur baik malam maupun siang. Beliau dapat menyaksikan  ka’bah dan apa yang ada di sekitarnya dari kota Tarim. Beliau seorang  yang selalu tenggelam dalam dzikir dan doa kepada Allah swt, bertawassul  kepada para auliya’ dan selalu bersikap khusnu dzhon, banyak mendoakan  anak-anaknya. 
Syaikh  Ali bin Abibakar Assakran dalam kitabnya al-Barkah al-Musyiqah  menyatakan, …beliau adalah salah satu wali besar ahli ma’rifah yang  sempurna dalam jalan kefakiran, pemaaf dan penyantun, tempat mengalirnya  ilmu-ilmu syariah tanpa bisa dibendung, mempunyai kedudukan yang agung,  suka berkhalwat. 
Pada  suatu hari seorang lelaki ingin meminang seorang wanita, syaikh  Abubakar berkata, ‘lelaki ini tidak akan menikah dengan wanita tersebut,  akan tetapi ia akan menikah dengan ibu wanita tersebut. Kejadian  tersebut terbukti dengan cerainya ibu wanita itu dengan suaminya dan  kawin dengan lelaki yang meminang anak gadisnya.
Beliau adalah seorang wali Allah yang mempunyai berbagai macam karamah yang luar biasa. Beliau berasal dari keturunan Al-Ba'alawi. Sebahagian dari karamahnya pernah diceritakan bahawasanya pernah ada dua orang yang datang ke kota Tarim (Hadhramaut) dengan maksud mengunjungi setiap orang terkemuka dari keluarga Al-Ba'alawi yang berada di kotatersebut. Setibanya di suatu masjid jami' keduanya dapati Syeikh Abu Bakar sedang bersolat di masjid tersebut. Setelah solat Jumaat selesai keduanya menunggu keluarnya Syeikh Abu Bakar dari masjid. Namun beliau tetap duduk beribadat dalam masjid sampai hampir matahari terbenam. Kedua orang itu merasa lapar, tapi keduanya tidak berani beranjak dari masjid sebelum bertemu dengan Syeikh Abu Bakar. Tidak lama kemudian, Syeikh Abu Bakar Asseggaf menoleh kepada mereka berdua sambil berkata: "Ambillah apa yang ada dalam baju ini". Keduanya mendapati dalam baju Syeikh itu sepotong roti panas. Roti tersebut cukup mengenyangkan perut kedua orang tersebut. Bahkan masih ada sisanya. Kemudian sisa roti itu barulah dimakan oleh Syeikh Abu Bakar".
Diceritakan pula bahwa ada serombongan tetamu yang berkunjung di Kota Tarim tempat kediaman Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Tetamu itu tergerak di hatinya masing-masing ingin makan bubur gandum dan daging. Tepat waktu rombongan tetamu itu masuk ke rumah Syeikh Abu Bakar, beliau segera menjamu bubur gandum yang dimasak dengan daging.Kemudian sebahagian dari rombongan tersebut ada yang berkata: "Kami ingin minum air hujan". Syeikh Abu Bakar berkata kepada pembantunya: "Ambillah bejana itu dan penuhilah dengan air yang ada di mata air keluarga Bahsin". Pelayan itu segera keluar membawa bejana untuk mengambil air yang dimaksud oleh saudagarnya. Ternyata air yang diambil ari mata air keluarga Bahsin itu rasanya tawar seperti air hujan.
Pernah diceritakan bahawasanya ada seorang Qadhi dari keluarga Baya'qub yang mengumpat Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Ketika Syeikh Abu Bakar mendengar umpatan itu, beliau hanya berkata: "Insya-Allah Qadhi Baya'qub itu akan buta kedua matanya dan rumahnya akan dirampas jika ia telah meninggal dunia". Apa yang dikatakan oleh Syeikh Abu Bakar tersebut terlaksana sama seperti yang dikatakan. 
Ada seorang penguasa yang merampas harta kekayaan seorang pelayan dari keluarga Bani Syawiah. Pelayan itu minta tolong kepada Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Pada keesokkan harinya penguasa tersebut tiba-tiba datang kepada pelayan itu dengan mengembalikan semua harta kekayaannya yang dirampas dan dia pun meminta maaf atas segala kesalahannya. Penguasa itu bercerita: "Alu telah didatangi oleh seorang yang sifatnya demikian, demikian, sambil mengancamku jika aku tidak mengembalikan barangmu yang kurampas ini". Segala sifat yang disebutkan oleh penguasa tersebut sama seperti yang terdapat pada diri Syeikh Abu Bakar. 
Diceritakan pula oleh sebagian kawannya bahawasanya pernah ada seorang ketika dalam suatu perjalanan di padang pasir bersama keluarganya tiba-tiba ia merasa haus tidak mendapatkan air. Sampai hampir mati rasanya mencari air untuk diminum. Akhirnya ia teringat pada Syeikh Abu Bakar Asseggaf dan menyebut namanya minta pertolongan. Waktu orang itu tertidur ia bermimpi melihat seorang penunggang kuda berkata padanya: "Telah kami dengar permintaan tolongmu, apakah kamu mengira kami akan mengabaikan kamu?" Waktu orang itu terbangun dari tidurnya, ia dapati ada seorang Badwi sedang membawa tempat air berdiri di depannya. Badwi itu memberinya minum sampai puas dan menunjukkannya jalan keluar hingga dapat selamat sampai ke tempat tujuan.
================================
Beliau adalah seorang wali Allah yang mempunyai berbagai macam karamah yang luar biasa. Beliau berasal dari keturunan Al-Ba’alawi. Sebahagian dari karamahnya pernah diceritakan bahawasanya pernah ada dua orang yang datang ke kota Tarim (Hadhramaut) dengan maksud mengunjungi setiap orang terkemuka dari keluarga Al-Ba’alawi yang berada di kota tersebut. Setibanya di suatu masjid jami’ keduanya dapati Syeikh Abu Bakar sedang bersolat di masjid tersebut. Setelah solat Jumaat selesai keduanya menunggu keluarnya Syeikh Abu Bakar dari masjid. Namun beliau tetap duduk beribadat dalam masjid sampai hampir matahari terbenam. Kedua orang itu merasa lapar, tapi keduanya tidak berani beranjak dari masjid sebelum bertemu dengan Syeikh Abu Bakar. Tidak lama kemudian, Syeikh Abu Bakar Asseggaf menoleh kepada mereka berdua sambil berkata: “Ambillah apa yang ada dalam baju ini”. Keduanya mendapati dalam baju Syeikh itu sepotong roti panas. Roti tersebut cukup mengenyangkan perut kedua orang tersebut. Bahkan masih ada sisanya. Kemudian sisa roti itu barulah dimakan oleh Syeikh Abu Bakar”.
Ada  seorang diceritakan telah meminang seorang gadis. Syeikh Abu Bakar  ketika mendengar berita tersebut telah memberikan komentarnya: “Pemuda  itu tidak akan mengahwini gadis itu, ia akan kahwin dengan ibu gadis  tersebut”. Apa yang diceritakan oleh Syeikh Abu Bakar ersebut ternyata  benar, kerana tidak lama kemudian ibu gadis itu diceraikan oleh  suaminya. Kemudian pemuda itu membatalkan niatuntuk mengahwini gadis  tersebut. Bahkan sebagai gantinya ia meminang ibu gadis tersebut. 
Diceritakan  pula bahwa ada serombongan tetamu yang berkunjung di Kota Tarim tempat  kediaman Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Tetamu itu tergerak di hatinya  masing-masing ingin makan bubur gandum dan daging. Tepat waktu rombongan  tetamu itu masuk ke rumah Syeikh Abu Bakar, beliau segera menjamu bubur  gandum yang dimasak dengan daging.Kemudian sebahagian dari rombongan  tersebut ada yang berkata: “Kami ingin minum air hujan”. Syeikh Abu  Bakar berkata kepada pembantunya: “Ambillah bejana itu dan penuhilah  dengan air yang ada di mata air keluarga Bahsin”. Pelayan itu segera  keluar membawa bejana untuk mengambil air yang dimaksud oleh  saudagarnya. Ternyata air yang diambil ari mata air keluarga Bahsin itu  rasanya tawar seperti air hujan. 
Pernah  diceritakan bahawasanya ada seorang Qadhi dari keluarga Baya’qub yang  mengumpat Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Ketika Syeikh Abu Bakar mendengar  umpatan itu, beliau hanya berkata: “Insya-Allah Qadhi Baya’qub itu akan  buta kedua matanya dan rumahnya akan dirampas jika ia telah meninggal  dunia”. Apa yang dikatakan oleh Syeikh Abu Bakar tersebut terlaksana  sama seperti yang dikatakan. 
Ada  seorang penguasa yang merampas harta kekayaan seorang pelayan dari  keluarga Bani Syawiah. Pelayan itu minta tolong kepada Syeikh Abu Bakar  Asseggaf. Pada keesokkan harinya penguasa tersebut tiba-tiba datang  kepada pelayan itu dengan mengembalikan semua harta kekayaannya yang  dirampas dan dia pun meminta maaf atas segala kesalahannya. Penguasa itu  bercerita: “Alu telah didatangi oleh seorang yang sifatnya demikian,  demikian, sambil mengancamku jika aku tidak mengembalikan barangmu yang  kurampas ini”. Segala sifat yang disebutkan oleh penguasa tersebut sama  seperti yang terdapat pada diri Syeikh Abu Bakar. 
Diceritakan  pula oleh sebagian kawannya bahawasanya pernah ada seorang ketika dalam  suatu perjalanan di padang pasir bersama keluarganya tiba-tiba ia  merasa haus tidak mendapatkan air. Sampai hampir mati rasanya mencari  air untuk diminum. Akhirnya ia teringat pada Syeikh Abu Bakar Asseggaf  dan menyebut namanya minta pertolongan. Waktu orang itu tertidur ia  bermimpi melihat seorang penunggang kuda berkata padanya: “Telah kami  dengar permintaan tolongmu, apakah kamu mengira kami akan mengabaikan  kamu?” Waktu orang itu terbangun dari tidurnya, ia dapati ada seorang  Badwi sedang membawa tempat air berdiri di depannya. Badwi itu  memberinya minum sampai puas dan menunjukkannya jalan keluar hingga  dapat selamat sampai ke tempat tujuan. Dipetik dari: Kemuliaan Para Wali – karangan Zulkifli Mat Isa, terbitan Perniagaan Jahabersa
0 Response to "Al-Habib Abu Bakar bin Abdurrahman As-Seggaf (As-Sakran)"
Post a Comment