Siapakah yang pertama kali  memulai Bid’ah hasanah setelah wafatnya Rasul saw?
 
 ﺃَﻥَّ ﺯَﻳْﺪَ ﺑْﻦَ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَُّﻪ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ  ﺃَﺭْﺳَﻞَ ﺇِﻟَﻲَّ  ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﻣَﻘْﺘَﻞَ ﺃَﻫْﻞ ﺍﻟْﻴَﻤَﺎﻣَﺔِ  ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻋُﻤَﺮُ ﺑْﻦُ  ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَُّﻪ ﻋَﻨْﻪُ ﺇِﻥَّ  ﻋُﻤَﺮَ ﺃَﺗَﺎﻧِﻲ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻘَﺘْﻞَ ﻗَﺪْ ﺍﺳْﺘَﺤَﺮَّ ﻳَﻮْﻡَ  ﺍﻟْﻴَﻤَﺎﻣَﺔِ ﺑِﻘُﺮَّﺍﺀِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺧْﺸَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺘَﺤِﺮَّ  ﺍﻟْﻘَﺘْﻞُ ﺑِﺎﻟْﻘُﺮَّﺍﺀِ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮَﺍﻃِﻦِ ﻓَﻴَﺬْﻫَﺐَ ﻛَﺜِﻴﺮٌ ﻣِﻦْ  ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺭَﻯ ﺃَﻥْ ﺗَﺄْﻣُﺮَ ﺑِﺠَﻤْﻊِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻗُﻠْﺖُ  ﻟِﻌُﻤَﺮَ ﻛَﻴْﻒَ ﺗَﻔْﻌَﻞُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﻌَﻠْﻪُ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَِّﻪ ﺻَﻠَّﻰ  ﺍﻟﻠَُّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﻋُﻤَﺮُ ﻫَﺬَﺍ ﻭَﺍﻟﻠَِّﻪ ﺧَﻴْﺮٌ ﻓَﻠَﻢْ  ﻳَﺰَﻝْ ﻋُﻤَﺮُ ﻳُﺮَﺍﺟِﻌُﻨِﻲ ﺣَﺘَّﻰ ﺷَﺮَﺡَ ﺍﻟﻠَُّﻪ ﺻَﺪْﺭِﻱ ﻟِﺬَﻟِﻚَ  ﻭَﺭَﺃَﻳْﺖُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺭَﺃَﻯ ﻋُﻤَﺮُ ﻗَﺎﻝَ ﺯَﻳْﺪٌ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ  ﺑَﻜْﺮٍ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺷَﺎﺏٌّ ﻋَﺎﻗِﻞٌ ﻟَﺎ ﻧَﺘَّﻬِﻤُﻚَ ﻭَﻗَﺪْ ﻛُﻨْﺖَ  ﺗَﻜْﺘُﺐُ ﺍﻟْﻮَﺣْﻲَ ﻟِﺮَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَِّﻪ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَُّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ  ﻓَﺘَﺘَﺒَّﻊْ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻓَﺎﺟْﻤَﻌْﻪُ ﻓَﻮَﺍﻟﻠَِّﻪ ﻟَﻮْ ﻛَﻠَّﻔُﻮﻧِﻲ ﻧَﻘْﻞَ  ﺟَﺒَﻞٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺠِﺒَﺎﻝِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﺛْﻘَﻞَ ﻋَﻠَﻲَّ ﻣِﻤَّﺎ ﺃَﻣَﺮَﻧِﻲ ﺑِﻪِ  ﻣِﻦْ ﺟَﻤْﻊِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻗُﻠْﺖُ ﻛَﻴْﻒَ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﻥَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﻌَﻠْﻪُ  ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَِّﻪ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَُّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﻫُﻮَ ﻭَﺍﻟﻠَِّﻪ  ﺧَﻴْﺮٌ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺰَﻝْ ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﻳُﺮَﺍﺟِﻌُﻨِﻲ ﺣَﺘَّﻰ َشرَﺡَ ﺍﻟﻠَُّﻪ  ﺻَﺪْﺭِﻱ ﻟِﻠَّﺬِﻱ ﺷَﺮَﺡَ ﻟَﻪُ ﺻَﺪْﺭَ ﺃَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮٍ ﻭَﻋُﻤَﺮَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَُّﻪ  ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﻓَﺘَﺘَﺒَّﻌْﺖُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﺃَﺟْﻤَﻌُﻪُ
 
  “Bahwa Sungguh  Zeyd bin Tsabit ra berkata : Abubakar ra mengutusku ketika terjadi  pembunuhanbesar - besaran atas para sahabat (Ahlul Yamaamah), dan  bersamanya Umar bin Khattab ra,  
 berkata Abubakar :
 “Sungguh  Umar (ra) telah datang kepadaku dan melaporkan pembunuhan atas ahlul  yamaamah dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi pada para  Ahlulqur’an, lalu ia menyarankan agar Aku (Abubakar Asshiddiq ra)  mengumpulkan dan menulis Alqur’an, aku berkata : “Bagaimana aku berbuat  suatu hal yang tidak diperbuat oleh
 Rasulullah..??, maka Umar  berkata padaku bahwa “Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan merupakan  kebaikan, dan ia terus meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan  aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar, dan engkau (zeyd)  adalah pemuda, cerdas, dan kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat  jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang ikutilah dan kumpulkanlah  Alqur’an dan tulislah Alqur’an..!” berkata Zeyd : “Demi Allah sungguh  bagiku diperintah memindahkan sebuah gunung daripada gunung – gunung  tidak seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Alqur’an, bagaimana  kalian berdua berbuat sesuatu yang tak diperbuat oleh Rasulullah saw??”,  maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga ia  pun meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan  kini aku sependapat dengan mereka berdua dan aku mulai mengumpulkan  Alqur’an”. (Shahih Bukhari hadits No.4402 dan 6768). 
 
 Nah saudaraku, 
 bila kita perhatikan konteks diatas Abubakar Asshiddiq ra mengakui  dengan ucapannya : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan  kini aku sependapat dengan Umar”. Hatinya jernih menerima hal yang baru
 (bid’ah hasanah) yaitu mengumpulkan Alqur’an, karena sebelumnya Alqur’an belum dikumpulkan menjadi
 satu buku, tapi terpisah – pisah di hafalan sahabat, ada yang tertulis  di kulit onta, di tembok, dihafal dll. Ini adalah Bid’ah hasanah,,,,  justru mereka berdualah (Sayyidina Abubakar dan Sayyidina Umar)  yang  memulainya.
 Kita perhatikan hadits yang dijadikan dalil menafikan  (menghilangkan) Bid’ah Hasanah mengenai semua bid’ah adalah kesesatan.  Diriwayatkan bahwa Rasul saw selepas melakukan shalat subuh beliau saw  menghadap kami dan menyampaikan ceramah yang membuat hati berguncang,  dan membuat airmata mengalir.., maka kami berkata : “Wahai Rasulullah..  seakan akan ini adalah wasiat untuk perpisahan.., maka beri wasiatlah  kami..” maka Rasul saw bersabda : “Kuwasiatkan kalian untuk bertakwa  kepada Allah, mendengarkan dan taatlah walaupun kalian
 dipimpin oleh seorang Budak Afrika, sungguh diantara kalian yang berumur panjang akan melihat sangat banyak
 ikhtilaf (perbedaan pendapat), maka berpegang teguhlah pada sunnahku  dan sunnah khulafa’urrasyidin yang mereka itu pembawa petunjuk, gigitlah  kuat – kuat dengan geraham kalian (suatu kiasan untuk kesungguhan), dan  hati - hatilah dengan hal - hal yang baru, sungguh semua yang Bid’ah  itu adalah kesesatan”.  (Mustadrak Alas shahihain hadits No.329).
 
  Jelaslah bahwa Rasul saw menjelaskan pada kita untuk mengikuti sunnah  beliau dan sunnah Khulafa’urrasyidin, dan sunnah beliau saw telah  memperbolehkan hal yang baru selama itu baik dan tak melanggar syariah.  Dan sunnah
 khulafa’urrasyidin adalah anda lihat sendiri bagaimana  Abubakar Asshiddiq ra dan Umar bin Khattab ra menyetujui bahkan  menganjurkan, bahkan memerintahkan hal yang baru, yang tidak dilakukan  oleh Rasul saw yaitu pembukuan
 Alqur’an, lalu pula selesai penulisannya dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra, dengan persetujuan dan kehadiran Ali
 bin Abi Thalib kw dan seluruh sahabat Radhiyallahu’anhum.
 
 Nah.. sempurnalah sudah keempat makhluk termulia di ummat ini, khulafa’urrasyidin melakukan bid’ah hasanah,
 
 -Abubakar Asshiddiq ra di masa kekhalifahannya memerintahkan pengumpulan Alqur’an, 
 -lalu kemudian Umar bin Khattab ra pula dimasa kekhalifahannya  memerintahkan tarawih berjamaah dan seraya berkata : “Inilah sebaik –  baik Bid’ah!” (Shahih Bukhari hadits No.1906)
 -lalu pula selesai penulisan Alqur’an dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra hingga Alqur’an kini dikenal
 dengan nama “Mushaf Utsmaniy”, dan Ali bin Abi Thalib kw menghadiri dan  menyetujui hal itu dan seluruh sahabat Radhiyallahu’anhum.
 
  Demikian pula hal yang dibuat - buat tanpa perintah Rasul saw adalah 2X  adzan di Shalat Jumat, tidak pernah dilakukan di masa Rasul saw, tidak  dimasa Khalifah Abubakar Asshiddiq ra, tidak pula di masa Umar bin  khattab ra dan baru dilakukan di masa Utsman bin Affan ra, dan  diteruskan hingga kini (Shahih Bukhari hadits No.873). 
 
 Seluruh madzhab mengikutinya. Lalu siapakah yang salah dan tertuduh?
 
 Siapakah yang lebih mengerti larangan Bid’ah?
 
 Adakah pendapat mengatakan bahwa keempat Khulafa’urrasyidin ini tak faham makna Bid’ah !!!???
 
0 Response to "Siapakah yang pertama kali memulai Bid’ah hasanah setelah wafatnya Rasul saw?"
Post a Comment